Rabu, 03 Desember 2008

Industri Mebel Krisis

Industri Mebel Kehilangan Ekspor US$ 120 Juta

Pemerintah diminta segera turun tangan.

JAKARTA -- Dampak krisis keuangan global mulai berdampak pada kegiatan ekspor mebel Indonesia. Ekspor mebel senilai US$ 50 juta tujuan Amerika Serikat batal dan pesanan ekspor senilai US$ 70 juta ditunda.

Ketua Asosiasi Mebel Indonesia Ambar Tjahyono mengatakan penundaan dan pembatalan order mulai dirasakan pada kuartal ketiga tahun ini. "Kami khawatir aliran keuangan perusahaan akan terhambat karena masalah ini," ujarnya kemarin.

Dia menjelaskan, jika aliran keuangan perusahaan terganggu, perusahaan tidak akan bisa mengembalikan pinjaman kredit kepada perbankan. Ambar berharap pemerintah turun tangan memberikan bantuan soal jadwal ulang pembayaran utang kepada perbankan. "Kami butuh bantuan pemerintah," katanya.

Perusahaan yang mungkin mengalami gagal bayar ke bank, kata dia, bukan karena kondisi perusahaan tidak sehat, melainkan lantaran gangguan penjualan akibat krisis global. "Jangan sampai perusahaan diakuisisi perbankan karena dianggap salah. Padahal ini karena krisis," ujarnya.

Menurut Ambar, pembatalan dan penundaan ekspor mebel ke Amerika mengganggu kegiatan 30 industri. Total karyawan yang terlibat dalam industri mebel tersebut sekitar 1.000 orang.

Amerika merupakan 30 persen pasar mebel Indonesia. Akibat krisis, penjualan ke negara itu anjlok sebesar 10-15 persen. Ambar mengatakan pengalihan ekspor butuh waktu sekitar delapan bulan. Proses itu termasuk membuat formula pasar, lobi melalui duta besar negara bersangkutan, dan promosi. Asosiasi juga mesti dilibatkan dalam pembuatan formula pasar tersebut agar berjalan efektif.

Dia menyarankan pemerintah segera mencari peluang pasar baru di Rusia, Eropa, Timur Tengah, dan Cina. Promosi yang bisa dilakukan di antaranya memperkenalkan produk rotan Indonesia.

Saat ini, kata dia, pemerintah diharapkan membantu kalangan industri mebel nasional melalui pemberian insentif, antara lain pengurangan bea masuk bahan baku impor kayu dari Selandia Baru dan Brasil.

Direktur Agro dan Kimia Departemen Perindustrian Benny Wahyudi mengatakan sedang mengkaji pemberian insentif pajak berupa pajak penjualan ditanggung pemerintah untuk industri mebel. "Itu untuk tahun depan," katanya.

Selain terhadap industri mebel, pemerintah mungkin akan menstimulus industri lain. Industri itu adalah yang menyerap banyak tenaga kerja. Tujuannya, kata Benny, agar industri bisa bertahan dan mencegah terjadinya pemutusan hubungan kerja.

Syarat untuk mendapatkan fasilitas tersebut adalah industri itu menggunakan bahan baku lokal. "Kami masih mengkaji mekanisme dan di tingkat mana bantuan diberikan," kata Benny.

Selain industri mebel, tahun ini pemerintah telah memberikan insentif untuk industri pengolahan susu dan sorbitol, berupa bea masuk ditanggung pemerintah untuk bahan baku impor. Alokasi yang disiapkan untuk insentif pajak susu sebesar Rp 107 miliar dan sorbitol Rp 470 juta.

Tahun ini pemerintah juga telah memberikan insentif untuk industri pengolahan susu dan sorbitol berupa bea masuk ditanggung pemerintah untuk bahan baku impor. NIEKE INDRIETTA

Tidak ada komentar: