KLATEN (Jogolsemar): Akibat harganya makin tak terjangkau dan sulit didapat, sejumlah pengusaha mebel terpaksa mencampur bahan baku utama pembuatan furnitur jenis kayu mahoni dengan kayu durian. Salah satu pengusaha mebel dari Dusun Mayungan Desa Mayungan, Kecamatan Ngawen, Sularto, mengaku terpaksa mencampur bahan baku furnitur dengan kayu biasa. Hal ini dilakukan karena supplier mebel tidak mau menaikkan harga beli. "Baru saja kami mendapat informasi dari pembeli di Yogyakarta, dia adalah pengekspor mebel. Mereka bilang tidak mau menaikkan harga beli dari tempat kami," kata Sularto saat ditemui wartawan di rumahnya. Lebih lanjut Sularto mengatakan pihak supplier memberi alternatif kepadanya dan pemasok mebel lain untuk mencampur bahan baku utama dengan kayu jenis berbeda. "Dikhawatirkan jika harga dinaikkan, pelanggannya akan kabur, maka kami disarankan untuk mencampur bahan baku. Kalau biasanya keseluruhan mebel dari kayu mahoni, bisa dicampur dengan kayu jenis lain yang harganya lebih terjangkau, seperti kayu durian," urainya. Meski demikian, jelas Sularto, baik kayu durian ataupun kayu mangga semakin sulit didapat lantaran telah dijual ke produksi kayu lapis di Karangwuni. "Persediaan dari Perhutani semakin menipis untuk kayu jati dan kayu-kayu lainnya, dan harganya sekarang sudah naik cukup tinggi. Sementara, untuk kayu buah-buahan, seperti durian maupun mangga sudah masuk ke kayu lapis di Karangwuni," ujarnya. Naik Tak hanya bahan baku utama, bahan lain yang digunakan untuk membuat mebel juga naik. "Hampir semua bahan pendukung lain juga ikut naik, seperti spiritus, plitur dan lain-lain. Oleh karena itu, pengusaha seperti kami jika tidak mendapat perhatian dari pemerintah akan semakin tergusur. Sekarang saja di Desa ini yang tadinya ada sekitar 35 pengusaha mebel, sekarang tinggal 9 pengusaha. Padahal, tiap pengusaha itu paling tidak bisa mempekerjakan sekitar 16 orang," katanya. Kondisi serupa juga dialami perajin mebel di pinggiran Jalan Merbabu Klaten, Abdullah (54). Saat ditemui, Minggu (18/5), Abdullah mengaku tidak berani menaikkan harga jual furniture, kendati harga bahan baku dan bahan pendukung lain makin mahal. "Harga bahan baku untuk meja-meja di sini menggunakan kayu akasia, sekarang harganya sudah naik sekitar 50%, tadinya Rp 500.000 per kubik, sekarang menjadi Rp 800.000 per kubik. Kami belum menaikkan harga karena pembeli saja sedang sepi. Kalau tetap dinaikkan, takutnya mereka kabur," tandasnya. (ara) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar